JAKARTA - Program subsidi konversi sepeda motor listrik yang direncanakan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menghadapi ketidakpastian keberlanjutan hingga tahun 2025. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan bahwa program yang dijalankan saat ini belum memiliki pijakan hukum untuk dilanjutkan di tahun 2025. "Sebab Permen (Peraturan Menteri) yang lama program hanya sampai 2024. Sehingga, kita harus revisi untuk anggaran tahun 2025," ujar Eniya ketika ditemui di Karawang, Jawa Barat, Selasa 11 Februari 2025.
Payung Hukum Perlu Revisi
Program subsidi ini berlandaskan pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 Tahun 2023, yang perlu direvisi agar bisa mencakup tahun anggaran 2025. Ini penting agar keberlanjutan program dapat terjamin dan memberikan kepastian kepada masyarakat yang berencana mengkonversi sepeda motor mereka menjadi kendaraan listrik berbasis baterai. “Pak Menteri sih setuju untuk melanjutkannya. Tetapi nanti dananya ini yang harus dipikirkan," lanjut Eniya.
Tantangan Anggaran
Seiring dengan penghematan anggaran sebesar Rp 1,86 triliun dari pagu anggaran sebesar Rp 3,9 triliun, Kementerian ESDM harus mempertimbangkan skema baru untuk memastikan program ini dapat berjalan. "Nanti kita akan bahas, bagaimana skema dan jumlahnya. Sekarang belum ada putusan, timeline juga belum," tambah Eniya. Ini menunjukkan tantangan dalam menyeimbangkan kebutuhan urgensi konversi motor listrik dengan realitas pengurangan anggaran.
Pencapaian dan Harapan Masa Depan
Sejak dimulai, program subsidi ini telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Menurut data Kementerian ESDM, hingga Januari 2025, sebanyak 97 unit motor berhasil dikonversi menjadi listrik. Jika diteruskan dengan anggaran serupa, proyeksi menunjukkan bahwa lebih dari 1.300 unit bisa dikonversi. Sepanjang tahun 2024 lalu, realisasi konversi mencapai 1.500 unit, sebuah peningkatan sepuluh kali lipat dibandingkan tahun 2023.
Keberhasilan ini dinilai tidak lepas dari dukungan pemerintah serta kolaborasi dengan pelaku usaha dan para mitra strategis. Kolaborasi ini memberikan keuntungan signifikan bagi masyarakat, termasuk penawaran konversi motor secara gratis. "Alhamdulillah terima kasih kontribusinya dari para CSR, industri-industri yang pada satu tahun ini membantu kami karena ada bantuan pemerintah Rp 10 juta untuk konversi kendaraan listrik, ditambah CSR. Kenapa bisa menjadi gratis? Karena bantuan dari CSR," ungkap Eniya.
Biaya Konversi dan Dukungan CSR
Program subsidi memberikan kebebasan biaya konversi yang dapat mencapai Rp 16 juta per unit, dengan kontribusi CSR yang signifikan. Perusahaan-perusahaan melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) memberikan dukungan dana sebesar Rp 6 juta per unit sepeda motor untuk meringankan biaya konversi. Kehadiran dukungan ini terbukti efektif, namun tetap memerlukan keberlanjutan kebijakan agar lebih banyak masyarakat dapat memanfaatkan program ini.
Agenda Nasional dan Masa Depan Kendaraan Listrik
Dalam konteks transformasi energi nasional, upaya konversi sepeda motor ke motor listrik ini merupakan bagian penting dari komitmen Indonesia menuju penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan. Transisi menuju kendaraan listrik ini diharapkan tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Meski tantangan anggaran dan regulasi menjadi kendala, ada optimisme jika kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta dapat mendorong keberhasilan program di masa mendatang.
Sejalan dengan visi Indonesia menjadi pemimpin dalam penggunaan dan produksi energi terbarukan, langkah-langkah strategis perlu dibuat untuk memastikan kelancaran program ini. Berbagai pihak berharap bahwa pemerintah dapat segera memberikan kejelasan mengenai aturan dan anggaran untuk 2025. Dengan adanya payung hukum dan dukungan finansial yang jelas, capaian target konversi motor listrik dapat lebih jauh ditingkatkan.
Harapan dan Dukungan Berkelanjutan
Adanya keterlibatan pelaku industri dan dukungan dari inisiatif CSR menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi adalah kunci dalam mencapai tujuan besar nasional. Masyarakat diharapkan dapat terus mendukung dan berpartisipasi aktif dalam program ini, memastikan keberlanjutan dan maksimalisasi manfaat program konversi motor listrik ini ke depannya.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya energi bersih, program subsidi konversi motor listrik di Indonesia berharap dapat menjadi pionir dalam hal adaptasi kendaraan listrik. "Kami menantikan keputusan cepat dan pasti dari pemerintah," tutup Eniya dengan penuh harap. Semoga program ini bisa terus berlanjut dan berkontribusi lebih besar terhadap masa depan energi hijau di Indonesia.