Potensi Penurunan BI Rate Menjadi 5,5%

Potensi Penurunan BI Rate Menjadi 5,5%: Proyeksi Ekonom dan Dampaknya pada Ekonomi Indonesia

Potensi Penurunan BI Rate Menjadi 5,5%: Proyeksi Ekonom dan Dampaknya pada Ekonomi Indonesia
Kebijakan Moneter & Suku Bunga BI Februari 2025

1. Prediksi Penurunan Suku Bunga oleh Bank Indonesia

Sejumlah ekonom memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) berpotensi memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada Februari 2025. Jika prediksi ini benar, maka suku bunga BI akan turun dari 5,75% menjadi 5,5%.

Prediksi ini muncul setelah BI sebelumnya memangkas suku bunga pada Januari 2025 dari 6% menjadi 5,75%. Sejumlah faktor mempengaruhi potensi kebijakan ini, termasuk nilai tukar rupiah yang tetap stabil dan menguat serta perkembangan ekonomi global yang mendorong bank sentral di berbagai negara melakukan pelonggaran kebijakan moneter.

2. Faktor Global dan Stabilitas Rupiah sebagai Pendorong Penurunan Suku Bunga

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk., Andry Asmoro, mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama di balik potensi penurunan suku bunga BI adalah nilai tukar rupiah yang tetap stabil seiring pelemahan dolar AS. Indeks dolar yang berada di bawah level 107 serta melemahnya data ekonomi Amerika Serikat meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat. Hal ini memberikan ruang bagi BI untuk menyesuaikan kebijakan moneternya tanpa mengkhawatirkan tekanan terhadap rupiah.

Ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro, juga berpendapat bahwa BI memiliki kesempatan untuk menurunkan suku bunga sebagai bagian dari pelonggaran kebijakan yang disinkronkan secara global. Beberapa bank sentral dunia, seperti di India, Meksiko, Afrika Selatan, Eropa, dan Inggris, telah mengambil langkah serupa guna mendukung pertumbuhan ekonomi mereka. Dengan kondisi ini, aset dalam denominasi rupiah tetap menarik bagi investor, meskipun BI Rate mengalami penurunan.

3. Dampak Penurunan Suku Bunga terhadap Perekonomian Indonesia

Jika BI benar-benar menurunkan suku bunga menjadi 5,5%, dampaknya akan terasa di berbagai sektor ekonomi:

Perbankan dan Kredit: Dengan suku bunga acuan yang lebih rendah, perbankan kemungkinan akan menurunkan suku bunga kredit dan deposito. Hal ini bisa mendorong masyarakat untuk lebih banyak meminjam uang guna mendukung konsumsi dan investasi.

Investasi dan Sektor Riil: Penurunan suku bunga akan membuat pinjaman lebih murah bagi pelaku usaha, sehingga dapat meningkatkan investasi di sektor riil seperti industri manufaktur dan properti.

Pasar Properti: Kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat, yang berpotensi mendorong pertumbuhan sektor properti.

Stabilitas Rupiah: Jika BI mampu menurunkan suku bunga tanpa menimbulkan tekanan pada nilai tukar rupiah, maka daya saing ekspor Indonesia dapat meningkat seiring dengan biaya pembiayaan yang lebih rendah bagi pelaku usaha.

Namun, terdapat pula risiko yang perlu diwaspadai. Jika penurunan suku bunga dilakukan terlalu agresif, arus modal asing dapat keluar dari pasar domestik, menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, BI harus menyeimbangkan kebijakan ini agar tetap mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa menimbulkan dampak negatif bagi stabilitas keuangan.

4. Prospek Kebijakan Moneter Bank Indonesia di Masa Depan

Keputusan BI dalam menurunkan suku bunga tidak hanya bergantung pada kondisi domestik tetapi juga pada faktor eksternal. Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengingatkan bahwa inflasi Indonesia pada Januari 2025 tercatat sebagai yang terendah sejak tahun 2000, yaitu hanya 0,76% secara tahunan (YoY). Angka ini jauh di bawah target BI sebesar 2,5% ±1%, sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, kondisi global yang terus berkembang, termasuk kebijakan moneter The Fed dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat, juga akan mempengaruhi keputusan BI. Jika The Fed mulai melonggarkan kebijakannya lebih cepat dari yang diperkirakan, maka tekanan terhadap rupiah akan berkurang, memberikan lebih banyak fleksibilitas bagi BI untuk menurunkan suku bunga tanpa risiko besar terhadap stabilitas nilai tukar.

Ke depan, kebijakan moneter BI akan terus disesuaikan dengan kondisi ekonomi domestik dan global. Dengan tetap mencermati perkembangan inflasi, nilai tukar, serta pertumbuhan ekonomi, BI diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index