JAKARTA - Memasuki puncak musim kemarau, petani di Kecamatan Tegaldlimo mulai menyesuaikan strategi tanam mereka. Jika sebelumnya menanam padi di awal musim kemarau, kini sebagian besar beralih ke tanaman jagung dan palawija untuk mengantisipasi risiko kekeringan.
Beralih ke Jagung dan Palawija
Misbah, 45, petani dari Dusun Dambuntung, Desa Kedungasri, menjelaskan bahwa peralihan ini menjadi langkah praktis agar hasil panen tetap optimal. "Musim ketiga (kemarau) ganti tanam jagung," ujarnya. Menurutnya, mayoritas petani kini menanam jagung dan palawija karena takut gagal panen akibat kekeringan.
Namun, beberapa petani yang berada dekat aliran air tetap menanam padi. Keberadaan sumber air membuat mereka tidak perlu menunggu giliran irigasi dan tetap bisa menanam padi secara aman. "Kalau yang dekat dengan aliran air ya tetap berani tanam padi," tambah Misbah.
Suroso, 50, petani lain, memilih menanam jagung karena siklus tanamnya lebih cocok dengan kedatangan musim hujan yang diperkirakan jatuh pada November. "Tanam jagung sekitar tiga bulan, nanti panen pas bulan November, yang biasanya terjadi musim hujan," jelasnya.
Himbauan dari Dinas Pertanian
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Ilham Juanda, menambahkan bahwa saat ini wilayah Tegaldlimo berada pada puncak kemarau basah. Meski sebagian wilayah masih menerima hujan, kondisi cuaca tetap sulit diprediksi.
Ilham mengimbau petani untuk menyesuaikan jenis tanaman dengan ketersediaan air. Untuk daerah yang masih mudah mendapatkan air, padi bisa tetap ditanam hingga tiga musim. Sedangkan wilayah rawan kekeringan sebaiknya beralih ke tanaman palawija atau jagung agar risiko gagal panen bisa diminimalisir. "Lihat kondisi wilayahnya, kalau air mudah bisa tanam padi tiga musim, namun kalau sulit air mending beralih tanam," ujarnya.
Dengan strategi peralihan tanaman ini, para petani di Tegaldlimo diharapkan tetap bisa menjaga produktivitas dan kesejahteraan selama musim kemarau yang puncaknya cukup menantang.