JAKARTA - Pasar minyak dunia kembali menunjukkan pergerakan positif setelah laporan terbaru Energy Information Administration (EIA) mengungkapkan adanya penurunan signifikan cadangan minyak mentah Amerika Serikat. Kondisi ini langsung memicu kenaikan harga minyak acuan internasional pada perdagangan Rabu, 27 Agustus 2025.
Berdasarkan data, cadangan minyak mentah AS turun sebanyak 2,4 juta barel, sehingga total persediaan kini berada di level 418,3 juta barel. Penurunan tersebut lebih besar dibandingkan perkiraan analis yang hanya memprediksi penurunan sekitar 1,9 juta barel.
Tak hanya minyak mentah, persediaan bahan bakar minyak (BBM) juga ikut mengalami penurunan sebesar 1,2 juta barel, meski tidak sedalam ekspektasi sebelumnya yang diperkirakan turun 2,2 juta barel. Sementara itu, persediaan distilat yang mencakup solar dan minyak pemanas — justru mengalami penurunan 1,8 juta barel, berbanding terbalik dengan proyeksi analis yang memperkirakan kenaikan sekitar 885.000 barel.
Dampak Langsung ke Harga Minyak Dunia
Laporan EIA tersebut membuat harga minyak acuan internasional mengalami penguatan. Di New York Mercantile Exchange, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2025 naik 90 sen atau sekitar 1,4 persen, sehingga ditutup di level US$64,15 per barel.
Sementara itu, minyak mentah Brent yang menjadi acuan global juga mencatat kenaikan. Di London ICE Futures Exchange, harga Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2025 meningkat 83 sen atau sekitar 1,2 persen, hingga mencapai US$68,05 per barel.
Kenaikan harga ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara dinamika persediaan minyak mentah di Amerika Serikat dengan tren harga energi global. Sebagai salah satu konsumen dan produsen minyak terbesar dunia, setiap perubahan stok di Negeri Paman Sam kerap menjadi perhatian utama pasar internasional.
Sentimen Pasar Energi
Bagi pelaku pasar, laporan mingguan EIA seringkali dijadikan indikator utama untuk memperkirakan arah harga minyak dunia. Penurunan stok minyak mentah yang lebih besar dari prediksi menandakan tingginya permintaan atau berkurangnya pasokan, sehingga menjadi sinyal positif bagi harga.
Namun, dinamika harga minyak juga dipengaruhi faktor lain seperti kondisi ekonomi global, kebijakan produksi negara-negara anggota OPEC+, serta pergerakan nilai tukar dolar AS. Dalam konteks saat ini, penurunan cadangan minyak AS menjadi sentimen dominan yang mendorong harga ke level lebih tinggi.
Kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi memberi dampak lanjutan pada sektor energi dan ekonomi global, terutama pada biaya transportasi serta harga barang yang bergantung pada distribusi.
Dengan penurunan cadangan minyak yang melampaui ekspektasi, pasar global kini menyoroti apakah tren ini akan berlanjut dalam beberapa pekan ke depan. Jika penurunan stok terus terjadi, tidak menutup kemungkinan harga minyak dunia akan semakin menguat dan menambah tekanan pada pasar energi internasional.